Di era ketika teknologi belum
berkembang mulai muncul pertanyaan seperti apakah bentuk bumi.
Dahulu kala banyak yang menganggap bahwa bumi itu datar maka ketika seseorang melakukan perjalanan sampai pada ujungnya konon maka ia akan terjungkal ke angkasa.
Flat Earth Society Anggapan yang demikian pun di era modern ini masih
ada. Flat Earth Society (juga dikenal sebagai International Flat Earth
Society atau International Flat Earth Research Society) adalah sebuah
organisasi yang memiliki keyakinan bahwa bumi berbentuk datar,
bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah yang menunjukkan bahwa bumi itu
bulat. Organisasi modernnya didirikan oleh seorang pria asal Inggris,
Samuel Shenton pada 1956, dan kemudian dipimpin oleh Charles K. Johnson,
yang menjadikan rumahnya di Lancaster, California, sebagai basis
organisasi.
Organisasi ini tidak lagi aktif semenjak kematian
Johnson pada 2001, namun baru-baru ini organisasi Flat Earth Society
dimunculkan kembali oleh presiden barunya, Daniel Shenton.
Pendukung
Flat Earth Society pada masa kini tidak memiliki satu teori yang
disetuju bersama. Tiap anggota memiliki gagasan yang berbeda mengenai
bagaimana Bumi diciptakan. Beberapa mendukung gagasan bahwa bumi datar
sepenuhnya, sementara yang lain mendukung bentuk cakram.
Daniel
Shenton telah membangkitkan kembali organisasi Flat Earth society. Dalam
suatu artikel di The Guardian, Shenton mengatakan bahwa dia memiliki 60
anggota. Laporan tersebut juga menyatakan Shenton memiliki situs web
yang di dalamnya terdapat buletin organisasi dari tahun 1970-an dan
80-an.
Ilmuwan Barat Atau Islam?
Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M.
Adalah Nicoulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan
Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawan arus
dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah
Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang
menggulirkan teori bumi bulat. Kemudian juga dibuktikan oleh Ferdinand
magelhaens ketika mengelilingi dunia pertama kali pada tahun 1522 Klaim
Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah
kemudian mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori
bentuk bumi itu. Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus
banyak terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan
sains sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan pemikiran
ilmuwan Muslim dari abad ke-11 hingga 15 M.
Hasil penelitian yang
dilakukan Edward S Kennedy dari American University of Beirut menemukan
adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk
mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom
Islam –dua atau tiga abad sebelumnya. Copernicus ternyata banyak
terpengaruh oleh astronom Muslim seperti Ibn al-Shatir (wafat 1375),
Mu'ayyad al-Din al-'Urdi (wafat 1266) dan Nasir al-Din al-Tusi (wafat
1274).
Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengeluarkan kesepakatan bersama dalam bentuk ijma tentang bentuk bumi bundar.
Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh Ibnu Hazm (wafat 1069), Ibnu Al-Jawi (wafat 1200)
dan Ibnu Taimiyah (wafat 1328). Penegasan ketika tokoh Islam itu untuk
memperkuat hasil penelitian dan penemuan yang dicapai astronom dan
matematikus Muslim.
Sains Modern
Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kini orang bisa melihat
bentuk asli bumi dari luar angkasa. Sehingga terbuktilah secara ilmiah
bahwa bentuk bumi itu bulat. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita bisa
membuktikan bahwa bumi bulat, misalnya ketika ada kapal yang hendak
berlabuh yang kelihatan duluan
cerobong baru badannya, ketika
terjadi gerhana pasti bayangan bumi berbentuk lengkungan dan kalau ada
pesawat yang terbang dari satu titik untuk mengelilingi bumi maka ia
akan kembali pada titik semula itu.
Ketika Al-Quran Berbicara
Informasi mengenai bumi bulat, dijelaskan oleh Allâh Subhaanahu wa
Ta'ala dalam Al-Qur'an mengenai pergantian siang danmalam :
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam
ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam?” (QS. Lukman (31) :
29).
Menurut ahli tafsir, kata memasukkan pada ayat di atas
diartikan sebagai malam lambat laun berubah menjadi siang demikian pula
sebaliknya. Peristiwa ini hanya dapat terjadi jika bumi bukan datar
tetapi bulat. Jika bumi datar, maka akan terjadi perubahan secara
tiba-tiba dari malam menjadi siang. Begitu pula dari siang menjadi
malam.
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar:
Dia menutupkan malam atas siang dan siang atas malam.” (QS. Az-Zumar
(39) : 5).
Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk
menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang
diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir".
Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk
menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang
lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang
saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai
bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini
berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah
diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Sumber dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar